-->

Ad Unit

Sejarah Analisis portofolio dan pengertian para ahli

 

Analisis portofolio, pixabay.com

Sejarah dan Pengertian Menurut Para Ahli

Teori portofolio diperkenalkan oleh Harry M Markowitz (1952) melalui artikelnya “Portofolio Selection, Journal of Finance” yang terbit pada 1952. Pada praktiknya para pemodal pada sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam investasinya dengan mengkombinasikan berbagai sekuritas.

Teori portofolio yang dikemukakan Markowitz dikenal dengan model Markowitz, memberikan suatu cara bagaimana berinvestasi dengan efisien dan optimal, yaitu dengan membentuk portofolio optimal.

Teori portofolio Markowitz seterusnya dikembangkan oleh Sharpe (1964), Lintner (1965), dan Jan Mossin (1996). Sharpe (1963) mengembangkan teori Markowitz yang dikenal dengan Single Index Model yang menggambarkan adanya hubungan linear actual return dari sekuritas dengan faktor umum yang bersifat makroekonomi. Kemudian model ini dikembangkan lagi oleh King (1966) yang dikenal dengan Multi-Index Model yaitu mengukur efek pergerakan umum antara sekuritas yang dipengaruhi efek pasar dan pengaruh ekstra yang berasal dari sektor industri. Kemudian Sharpe (1964) mengembangkan model Markowitz yang memprediksi hubungan risiko dengan expected return ekuilibrium berdasarkan aset-aset yang berisiko yang dikenal dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM).

Cara Membentuk Portofolio

Menurut Husnan (2003), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan sebagainya.

Menurut Husnan (2005) terdapat dua jenis risiko yang dihadapi oleh para investor:

Risiko tidak sistematis (unsystemantic risk)

Risiko non sistematis sering disebut dengan istilah risiko spesifik, risiko perusahaan atau unsystematic risk. Risiko non sistematis pada umumnya dapat dikelola dengan menggunakan portofolio. Contoh risiko non sistematis adalah: risiko likuiditas (liquidity risk), risiko kebangkrutan (financial credit risk) dan risiko tuntutan hukum (operational risk).

Risiko sistematis (systemantic risk)

Risiko sistematis sering disebut dengan istilah risiko pasar, risiko umum, systematic risk atau general risk. Risiko sistematis pada umumnya sifatnya sistematik dan sulit dihindari. Contoh risiko sistematik adalah peningkatan suku bunga (interest rate risk), kenaikan inflasi (purchasing power/ inflationary risk) dan volatilitas pasar yang tinggi (market risk).

Meminimalkan risiko dalam investasi saham, investor dapat melakukan portofolio (diversifikasi) saham yaitu dengan melakukan investasi pada banyak saham sehingga risiko kerugian pada satu saham dapat ditutupi dengan keuntungan pada saham yang lainnya (Husnan, 2003).

Menurut Rodoni dan Yong (2001), pembentukan portofolio dapat mengurangi risiko dibanding dengan hanya menginvestasikan dalam satu Instrumen investasi (saham/ obligasi) saja. Husnan (2009), menyatakan investor yang rasional melakukan keputusan investasi didasari dengan menentukan kebijakan investasi, menganalisis sekuritas, membentuk portofolio optimal, melakukan revisi portofolio, dan mengevaluasi kinerja portofolio.

Menurut Trone dan Allbrigt dalam penelitian Sulistyowati (2012) investor yang rasional melakukan keputusan investasi dengan menganalisis situasi saat ini, mendesain portofolio optimal, menyusun kebijakan investasi, mengimplikasikan strategi investasi, memonitor dan melakukan supervisi pada kinerja khusus para manajer keuangan.

Kita dapat melakukan pengoptimalan dalam penyusunan portofolio berdasarkan Markowitz (1952), yaitu dengan asumsi:

Waktu yang digunakan hanya satu periode;

Tidak ada biaya transaksi;

Preferensi investor hanya berdasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio; dan

Tidak ada pinjaman dan simpanan bebas risiko.

Sharpe (1966) mengembangkan model yang disebut dengan model indeks tunggal. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa harga dari suatu sekuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar (Jogiyanto, 2013). Bodie et. al. (2009) menyatakan bahwa model indeks tunggal merupakan model yang digunakan untuk menentukan tingkat hasil dengan dipengaruhi oleh risiko sistematik.

Model ini dilakukan dengan cara memilih saham-saham yang memiliki kinerja keuangan yang baik, dimana kinerja tersebut dapat diukur dengan menggunakan Excess Return to Beta Ratio (ERB) yang digunakan untuk mengukur return premium saham relatif terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasi, yang diukur dengan Beta.

Saham-saham yang akan masuk ke dalam portofolio akan diurutkan mulai dari saham yang memiliki ERB terbesar hingga saham yang memiliki ERB terkecil. Selanjutnya dengan melakukan perbandingan antara ERB dengan cut off point maka portofolio saham yang dipilih adalah saham-saham yang memiliki ERB lebih besar dari cut off point-nya atau setidaknya setara dengan cut off point-nya, sedangkan ERB yang lebih kecil dari cut off point- nya tidak akan dimasukkan ke dalam portofolio.

Cut Off Point (C*) merupakan batasan return maksimal yang ditetapkan oleh investor dari tingkat fluktuasi harga saham tersebut, di mana Cut Off Rate (Ci) sendiri merupakan batasan return minimal yang ditentukan oleh investor dari tingkat fluktuasi harga saham tersebut. setelah memilih saham-saham yang akan masuk dalam portfolio, selanjutnya yang dilakukan adalah menentukan komposisi portofolio. Diharapkan dari komposisi portfolio tersebut maka akan diperoleh return yang optimal dengan risiko terbatas.

Bodie dan Kane (2007) menjelaskan 3 aturan utama dalam pemilihan dua aset menjadi portofolio, antara lain:

Tingkat pengembalian portofolio adalah total rata-rata setiap return aset yang disesuaikan dengan komponen/ bobot aset tersebut.

Tingkat ekspektasi pengembalian portofolio merupakan total rata-rata return ekspektasi tiap aset yang disesuaikan dengan bobotnya.

Varians dari portofolio dua aset berisiko.

Portofolio efisien (efficient portfolio) adalah portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan tingkat risiko yang sama atau portofolio yang mengandung risiko terkecil dengan tingkat return ekspektasi yang sama.


Andika Syah Putra
Hii all, my name is Andika Syah Putra, I have experience in the field of computers and network infrastructure, and I am also a content creator at www.portal-it.com besides being a content creator I am also the owner and founder of www.portal-it.com

Related Posts

Subscribe Our Newsletter